KILAS BALIK TERBALIK
TENTANG HATI. Detak jam dinding menuntun waktu yang pergi.
Detik merangkai menit terbungkus jam dalam
hari, mengikat bulan menjadi kisah yang harus berakhir.
Kalender menunjuk lingkaran merah dalam angka yang terus berjalan.
Banyak kisah yang harus tertulis tinta merah.
Karena kita bukan amfibi, tetapi mengisahkan
dua bentuk dalam satu dimensi.
Kemunafikan, keangkuhan, dan merasa lebih dari
firman Tuhan.
Jejak tahun berganti bukan untuk dihapus,
tetapi tercatat sebagai introspeksi.
Januari sampai Desember yang telah pergi, seperti hari yang
terus berjalan dengan gelapnya masa.
Kita telah terikat konspirasi dengan waktu,
sedangkan waktu justru menuntut kita.
365 hari hanya sebuah angka yang pergi, seperti
debu yang hilang disapu angin.
24 jam menuju sebuah
titik yang takkan menghentikan waktu.
Usia hanya sebagai batas menuju kematian, dan bukan akhir
sebuah perjalanan.
Seperti halaman buku yang tersobek karena tak
ingin dibaca.
Kenangan yang akan tertulis dalam catatan Tuhan
di meja ekskusi.
Mahsyar hanya sebagai bayangan, namun tak
membuat kita ciut nyali.
Desember usai dengan alurnya tanpa koda, sedang senja hanya
sebagai pengantar dalam gelap.
Yang tercipta hanya komplikasi yang hadir dalam
fiksi.
Hadir,
terisi dengan halaman penuh catatan kelabu.
Lembaran Januari akankah terisi?
Malam sunyi akankan
menjadi kontemplasi dan instropeksi.
Dengan firman dan ayat-Nya yang pasti.
Janji dalam keabadian dalam sebuah angka
02022020
Tuhan telah menitipkan sebuah tanda, jika bilur itu
terlalu perih untuk dirasa
Lewat alam yang mulai renta, sedangkan
pilar-pilar langit mulai rapuh.
Kulit bumi penuh koreng dan luka yang harus
diamputasi.
JANUARI. Kisah lembaran putih akan terisi.
SEPERTI PAGI. Ia
menitipkan banyak harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar berupa kritik atau saran yang sifatnya membangun